Kamis, 05 Desember 2013

Lomba Cerpen Anak Gurita

Penyelamatan Guri

            Guri si gurita merah terlihat murung sekali. Sudah satu jam ia hanya diam di sudut akuarium. Si Bubun ikan buntal dan Kepi si kepiting menjadi heran dibuatnya. Biasanya Guri sudah berjalan-jalan mengelilingi akuarium yang besar itu. Dengan delapan tentakelnya yang berwarna merah, Guri terlihat lincah saat bergerak kesana kemari. Sejak Kudal si kuda laut menceritakan sesuatu pada Guri, Guri menjadi murung dan banyak diam. Akhirnya Kudal mau bercerita pada Bubun dan Kepi.
“Sore itu Bapak kedatangan seorang tamu. Tubuhnya ceking dan rambutnya gondrong,” ujar Kudal mengawali ceritanya. Panggilan bapak mereka tujukan pada Pak Ade, pemilik rumah sekaligus akuarium tempat mereka tinggal selama ini.
“Waktu itu kalian semua sedang tidur pulas, jadi hanya aku saja yang mendengar pembicaraan mereka,”
“Lalu?” sela Kepi dengan tidak sabar. Matanya tidak berkedip menatap Kudal.
“Sabar Kepi,” Bubun menyenggol Kepi berkali-kali dengan ekornya.
“Jadi orang yang berambut gondrong itu hendak membeli Guri, teman-teman…” ucap Kudal sambil menunduk.
“Apa?” pekik Bubun dan Kepi. Guri terkejut mendengarnya lalu mendekat dengan perlahan. Mereka berempat lalu berangkulan seakan enggan berpisah.
            Menjelang malam, seluruh penghuni akuarium berkumpul di dekat terumbu karang. Mereka hendak membicarakan nasib Guri. Kepi ditunjuk sebagai pemimpin rapat.
“Seperti yang sudah kita dengar, Guri akan dibeli oleh seseorang dalam waktu dekat ini. Bagaimana teman-teman?” tanya Kepi yang berdiri di samping Guri.
“Mari kita rundingkan cara-cara untuk menyelamatkan Guri,” usul Kudal dengan semangat. Semua langsung merapat ke arah Kepi dan Guri. Guri terharu melihat kepedulian temen-temannya.
“Aku akan menggigit orang itu,” seru Sisinga si ikan singa.
“Benar, duri-duri Sisinga amat beracun. Orang itu bisa sakit kepala, muntah-muntah, dan terganggu pernafasannya,” timpal Kudal.
“Aku akan menggembung untuk mengagetkannya lalu menusuk kulitnya jika orang itu masih belum jera juga setelah digigit Sisinga,” Kata Bubun dengan berapi-api.
“Terima kasih teman-teman. Aku juga punya rencana sendiri,” ucap Guri tiba-tiba. Semua kembali merapat untuk mendengarkan rencana Guri.

            Siang ini tamu Pak Ade memenuhi janjinya untuk datang. Dia sungguh ingin membeli Guri. Koper berwarna hitam yang dibawanya penuh berisi uang. Pak Ade sempat diberi tahu sebelum mereka berdua melangkah menuju akuarium.
“Pak, saya tidak melihat gurita merah Bapak. Di mana ya? Apa sembunyi?” Laki-laki berambut gondrong itu mulai merasa khawatir. Keringat mulai membasahi dahinya yang lebar.
“Oya? Mungkin sedang di dalam terumbu karang, Pak,” jawab Pak Ade pendek.
“Waduh… Jangan-jangan dia kabur, Pak?” ucap si tamu sambil mengusap dahinya berkali-kali.
“Ah, masa sih Pak?” sahut Pak Ade sambil melongok ke dalam akuarium. Pandangannya menyapu deretan rumput asam dan rumput jarum di sebelah terumbu karang. Guri memang tidak terlihat di sana.
“Bapak belum tahu ya, gurita itu bisa meloloskan diri dengan membuka tutup akuarium,” terang si rambut gondrong dengan nada tinggi. Pak Ade mulai tidak suka dengan sikap tamunya itu.
“Saya boleh melihat ke dalam akuarium,Pak?” tawar si tamu. Pak Ade hanya mengangguk lalu memberitahunya supaya tidak memasukkan tangan ke dalam akuarium karena  berbahaya.
“Jangan, Pak!” teriak Pak Ade saat melihat si tamu memasukkan tangannya ke dalam akuarium untuk mencari Guri. Sesuai rencana semalam, Sisinga langsung beraksi.
“Auw! Sakit!” jerit si rambut gondrong sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya.
“Saya bilang juga apa, Pak. Ikan singa itu durinya beracun,” Pak Ade mendekati tamunya sambil menyodorkan tissue untuk mengelap bekas gigitan Sisinga..
“Kenapa sih Bapak ingin sekali membeli gurita saya?” selidik Pak Ade setelah kembali dari dapur untuk membuatkan tamunya itu susu sebagai penetral racun.
“Gurita itu hewan yang cerdas, Pak,” jawab si tamu pelan sambil meringis kesakitan.
“Itu saja?” desak Pak Ade. Ia mulai mencium gelagat tidak baik dari tamunya itu.
“Sebenarnya, saya mau meminta petunjuk pada gurita itu di acara sepak bola bulan depan. Kalau menang, saya bisa kaya mendadak,” jawabnya sambil berbisik di telinga kiri Pak Ade.
“Maksud Bapak untuk meramal tim mana yang akan memenangi turnamen sepak bola se Asia itu?” tanya Pak Ade sengit. Pak Ade tidak memberi kesempatan pada tamunya untuk berbicara lagi. Muka Pak Ade yang putih kini berubah merah seperti warna Guri.
“Maaf, Bapak salah alamat. Saya tidak akan menjual gurita saya pada Anda. Saya tidak akan membiarkan salah satu hewan kesayangan saya dimanfaatkan untuk hal yang tidak baik. Apalagi untuk taruhan!” suara Pak Ade semakin tinggi dan tegas. Si tamu tidak menduga jika tuan rumah akan marah besar.
“Sabar, Pak. Kita bisa bicarakan baik-baik. Saya akan tambah uangnya sebanyak yang Bapak minta,” bujuk laki-laki itu.
“Saya minta habiskan susu itu lalu pergi ke dokter dan jangan kembali lagi ke sini,” ucap Pak Ade sambil membukakan pintu rumah. Sorot tajam mata Pak Ade menandakan kali ini dia berkata dengan sungguh-sungguh. Sang tamu mengambil koper hitamnya lalu berjalan menuju pintu dengan gontai.
“Hore..!” seru seluruh penghuni akuarium begitu laki-laki berambut gondrong itu pergi.
“Kasihan ya, jalannya sempoyongan,” ucap Kudal.
“Itu baru terkena duriku, belum gigitan Bubun. Bisa-bisa dia langsung terkapar” sahut Sisinga. Bubun dan yang lain tertawa mendengarnya. Racun tetrodotoxin yang dimiliki ikan buntal memang mematikan.
“Eh, mana Guri?” Bubun berenang mengelilingi akuarium.
“Masih di kolam renang mungkin,” sahut Kepi. Ternyata sebelum tamu berambut gondrong itu datang, Guri sudah menyelinap keluar akuarium. Ia berhasil membuka tutup akuarium lalu menyelamatkan diri dengan bersembunyi di kolam renang.
“Itu dia!” seru Kudal sambil menunjuk Guri yang tengah merangkak dari kolam renang menuju akuarium.
“Aku di sini teman-teman!” ucap Guri gembira setelah masuk kembali ke dalam akuarium.
“Syukurlah kita bisa berkumpul kembali…” kata Bubun.
“Semua penghuni akuarium mendekat dan merangkul Guri. Guri menyambut mereka dengan menjulurkan tentakel-tentakelnya. Semua tertawa riang karena senang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar