Rabu, 28 November 2012

Majalah Ummi edisi November 2011





Sudah tiga hari ini Azzam memelihara kakaktua temuannya dengan penuh kasih sayang. Azzam sangat senang karena selama ini ia selalu merasa kesepian di rumah. Abi sering dinas ke luar kota. Di rumah pun hanya ada dia dan Umi. Rasanya Azzam sudah merasa dekat dengan burung itu. Ia beri nama burung itu, Bogo.
            Kriiing…! Bunyi telepon di ruang depan mengagetkan Azzam dan Umi yang sedang makan malam.
“Mungkin Abi.” Umi berlalu sambil mengelus kepala Azzam.
“Abi pulang kapan Mi? Azzam kangen nih.”
“Abi sudah hampir sampai rumah, tapi di gang depan ketemu sama kakek tua yang sedang menempel pengumuman kehilangan.”
“Ooh…” Azzam menggumam sambil melahap ayam goreng kesukaannya.
“Azzam, apa benar kamu menemukan burung kakaktua?”
“Iya, benar. Tapi kenapa Abi langsung tanya masalah itu? Tumben, biasanya nanyain kabar Azzam dulu.” Azzam terlihat kesal sekaligus bingung.
“Oya. Abi minta maaf. Begini, tadi Abi ketemu sama kakek yang sedang mencari burung. Nah… kata Umi, kamu baru menemukan burung kakaktua 3 hari yang lalu.” Abi berkata pelan sambil mengusap kepala Azzam.
“Tapi kan bisa saja burung lain, Bi?” Rupanya Azzam mulai cemas kalau benar kakek itu si pemilik burung kakaktua kesayangannya.
“Baik, begini saja. Abi telfon kakek itu untuk memastikan apakah benar beliau pemilik burung itu atau bukan. Bagaimana jagoan?” Abi meminta persetujuan dari Azzam. Azzam pun mengangguk pasrah.
            Ternyata ciri-ciri burung yang disebutkan kakek itu sama persis dengan Bogo. Luluh sudah harapan Azzam untuk memiliki burung itu. Padahal ia sudah terlanjur sayang dengannya.
“Bagaimanapun juga, kakek itu pemilik sah dari burung itu. Apalagi burung itu tadinya mau diberikan ke cucunya sebagai hadiah. Kasihan kan?” Umi berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Azzam.
            “Nak, apa kamu sayang dengan burung ini?” Kakek itu mendekati Azzam yang duduk di sudut sofa sambil memandangi Bogo dengan penuh kesedihan.
“Iya, Kek. Tapi kalau Kakek mau mengambilnya, silakan.“ Ucap Azzam terbata-bata.
“Terima kasih ya Nak, kamu sudah merawat dan mengobatinya dengan baik. Apa kamu ikhlas kalau burung ini Kakek bawa pulang?”
“Ikhlas Kek.” Abi dan Umi tersenyum mendengar jawaban Azzam.
“Baiklah, Kakek akan memberikan burung ini kepada kamu sebagai ucapan terima kasih.”
“Apa?” Azzam terkejut begitu pula Abi dan Umi.
            Berkat ketulusan hatinya, Azzam mendapatkan dua sahabat sekaligus.  Bukan cuma Bogo, tapi juga Fariz cucu Kakek Hadi. Setelah mendengar cerita Kakeknya, Fariz mengizinkan Azzam untuk memiliki Bogo dan mau bersahabat dengan Azzam. Terima kasih ya Allah…