Sudah
tiga hari ini Azzam memelihara kakaktua temuannya dengan penuh kasih sayang.
Azzam sangat senang karena selama ini ia selalu merasa kesepian di rumah. Abi
sering dinas ke luar kota. Di rumah pun hanya ada dia dan Umi. Rasanya Azzam
sudah merasa dekat dengan burung itu. Ia beri nama burung itu, Bogo.
Kriiing…! Bunyi telepon di ruang
depan mengagetkan Azzam dan Umi yang sedang makan malam.
“Mungkin
Abi.” Umi berlalu sambil mengelus kepala Azzam.
“Abi
pulang kapan Mi? Azzam kangen nih.”
“Abi
sudah hampir sampai rumah, tapi di gang depan ketemu sama kakek tua yang sedang
menempel pengumuman kehilangan.”
“Ooh…”
Azzam menggumam sambil melahap ayam goreng kesukaannya.
“Azzam,
apa benar kamu menemukan burung kakaktua?”
“Iya,
benar. Tapi kenapa Abi langsung tanya masalah itu? Tumben, biasanya nanyain
kabar Azzam dulu.” Azzam terlihat kesal sekaligus bingung.
“Oya.
Abi minta maaf. Begini, tadi Abi ketemu sama kakek yang sedang mencari burung.
Nah… kata Umi, kamu baru menemukan burung kakaktua 3 hari yang lalu.” Abi
berkata pelan sambil mengusap kepala Azzam.
“Tapi
kan bisa saja burung lain, Bi?” Rupanya Azzam mulai cemas kalau benar kakek itu
si pemilik burung kakaktua kesayangannya.
“Baik,
begini saja. Abi telfon kakek itu untuk memastikan apakah benar beliau pemilik
burung itu atau bukan. Bagaimana jagoan?” Abi meminta persetujuan dari Azzam.
Azzam pun mengangguk pasrah.
Ternyata ciri-ciri burung yang
disebutkan kakek itu sama persis dengan Bogo. Luluh sudah harapan Azzam untuk
memiliki burung itu. Padahal ia sudah terlanjur sayang dengannya.
“Bagaimanapun
juga, kakek itu pemilik sah dari burung itu. Apalagi burung itu tadinya mau
diberikan ke cucunya sebagai hadiah. Kasihan kan?” Umi berusaha menjelaskan apa
yang sebenarnya terjadi kepada Azzam.
“Nak, apa kamu sayang dengan burung
ini?” Kakek itu mendekati Azzam yang duduk di sudut sofa sambil memandangi Bogo
dengan penuh kesedihan.
“Iya,
Kek. Tapi kalau Kakek mau mengambilnya, silakan.“ Ucap Azzam terbata-bata.
“Terima
kasih ya Nak, kamu sudah merawat dan mengobatinya dengan baik. Apa kamu ikhlas
kalau burung ini Kakek bawa pulang?”
“Ikhlas
Kek.” Abi dan Umi tersenyum mendengar jawaban Azzam.
“Baiklah,
Kakek akan memberikan burung ini kepada kamu sebagai ucapan terima kasih.”
“Apa?”
Azzam terkejut begitu pula Abi dan Umi.
Berkat ketulusan hatinya, Azzam
mendapatkan dua sahabat sekaligus. Bukan
cuma Bogo, tapi juga Fariz cucu Kakek Hadi. Setelah mendengar cerita Kakeknya,
Fariz mengizinkan Azzam untuk memiliki Bogo dan mau bersahabat dengan Azzam.
Terima kasih ya Allah…